.

Rabu, 08 Juni 2016

KABUT ASAP 2015 DIRIAU


LAPORAN PENELITIAN

KABUT ASAP 2015 DI RIAU







Hasil gambar untuk logo gunadarma





Disusun Oleh:

                                  Nama      : Marlina Dwi Restihani

                                  NPM      : 35413302

                                  Kelas      : 3ID02

                                  Dosen     : Yugiarti








JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2016


BAB I

PENDAHULUAN 


1.1         Latar Belakang

 Kabut asap dapat terjadi dimana saja dengan sebab yang berbeda. Akibat dari terbentuknya kabut asap sama, yaitu mencemarkan lingkungan baik kabut asap yang berkapassitas kecil maupun besar. Pencemaran lingkungan yang terjadi dapat mengganggu kelangsungan hidup dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Manusia akan rentan terserang penyakit, hewan pun juga, dan tumbuhan akan mudah mati karena tidak mendapatkan udara segar dan bersih.
Kabut asap yang terjadi di Riau tahun 2015 adalah salah satu dari sekian banyak kasus pencemaran udara dari kabut asap. Terjadinya kabut asap harus segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat, agar tidak memakan korban, menanggulanginya tergantung pada sebab dari terjadinya kabut asap. Kasus kabut asap 2015 di Riau terjadi karena tangan-tangan tak bertanggung jawab yang telah membakar hutan, sehingga terjadi kebakaran hutan yang meluas dan menimbulkan kabut asap yang pekat begitu pula menelan banyak korban.
Penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk lamban, beberapa menyalakan pemerintah atas lambannya penangan kasus ini. Memadamkan apa pada titik-titik kebakaran yang ada dihutan adalah salah satu solusinya. Menjaga agar api tidak merambat meluas terlalu jauh juga penting, agar kabut asap tidak semakin tebal dan kebakaran tidak menjadi semakin luas. Pemerintah seharusnya cepat tanggap. Warga harusnya ikut membantu, tidak hanya mengeluarkan suaranya tindakan dari warga pun untuk ikut serta adalah penting. Warga atau pun korban seharusnya berfikir dampak yang akan terjadi jika membakar hutan sebelum melakukannya, agar terhindar dari musibah kabut asap yang berlarut-larut ini.


1.2     Perumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat pada kabut asap Riau adalah dampak dari kabut asap yang terjadi sepanjang tahun 2015. Bagaimana menanggulangi kabut asap yang terjadi sepanjang tahun 2015.

1.3     Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan penjelasan tentang batasan-batasan masalah yang ada agar tidak menyimpang dan melenceng serta sesuai dengan pembahasan dan permasalahan yang ada pada kabut asap 2015. Pembatasan masalah pada kabut asap 2015 adalah sebagai berikut :
1.    Kabut asap yang dibahas pada tahun 2015.
2.    Masalah yang dibahas berdasarkan fakta yang ada.

1.4     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan menjabarkan hal-hal yang ingin diketahui setelah penulisan kabut asap 2015 diselesaikan. Tujuan penulisan kabut asap 2015 ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui sebab terjadinya kabut asap 2015 di Riau.
2.    Mengetahui dampak yang terjadi pada kabut asap 2015 di Riau.
3.    Mengetahui upaya penanggulangan kabut asap 2015 di Riau.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1     Pengertian Kabut Asap
Kabut asap  adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama. Kabut asap juga sering dikaitkan dengan pencemaran udara. Kabut asap sendiri merupakan koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair.

2.2       Proses Terbentuknya Kabut Asap
Pada umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan uap air didinginkan di bawah titik bekunya. Jika udara berada di atas daerah perindustrian, udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah dengan mengehentikan pencemaran atmosfer.


Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.

2.3       Jenis-Jenis Kabut Asap
Terdapat dua jenis utama kabut asapBerikut adalah jenis kabut asap:
1.    Kabut Asap Fotokimia
Kabut asap jenis ini pada umumnya disebabkan oleh beberapa jenis hasil pembakaran bahan kimia yang dikatalisasi oleh kehadiran cahaya matahari. Kabut asap ini mengandung:
a.         hasil oksidasi nitrogen, misalnya nitrogen dioksida
b.         ozon troposferik
c.         VOCs (volatile organic compounds)
d.        peroxyacyl nitrat (PAN)
VOC's adalah hasil penguapan dari bahan bakar minyak, cat, solven, pestisida dan bahan kimia lain. Sementara oksida nitrogen banyak dihasilkan oleh proses pembakaran dalam bahan bakar fosil seperti mesin mobil, pembangkit listrik, dan truk. Kabut asap fotokimia biasanya terjadi di daerah-daerah industri atau kota padat mobil yang menghasilkan emisi berat dan terkonsentrasi. Tetapi kabut asap fotokimia tidak hanya menjadi masalah di kota-kota industri, sebab bisa menyebar ke daerah non industri.
2.  Kabut Asap Klasik
Merupakan kabut asap yang terjadi di London setelah terjadinya revolusi industri yang menghasilkan pencemaran besar-besaran dari pembakaran batu bara. Pembakaran ini menghasilkan campuran asap dan sulfur dioksida. Gunung berapi yang juga menyebabkan berlimpahnya sulfur dioksida di udara, menghasilkan asbut gunung berapi, atau vog (vulcanic smog, asbut vulkanis).
2.4       Dampak Kabut Asap
Kabut asap berdampak pada beberapa aspek, baik dari aspek kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan lain sebagainya. Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak. Berikut ini dampak akibat gangguan asap bagi kesehatan kita:
1.    Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
2.    Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
3.    Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4.    Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
5.    Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6.     Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7.    Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan  di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8.    Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).


BAB III
Indeks Standar Pencamaran Udara

3.1       Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (bahasa InggrisAir Pollution Index, disingkat API) adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
Parameter-parameter dasar untuk indeks standar pencemar udara (ispu) dan periode waktu pengukuran
No.
PARAMETER
WAKTU PENGUKURAN
1.
Partikulat (PM10)
24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
2.
Sulfur Dioksida (SO2)
24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
3.
Carbon Monoksida (CO)
8 jam (Periode pengukuran rata-rata)
4.
Ozon (O3)
1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
5.
Nitrogen Dioksida (NO2)
1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
Catatan:
1.    Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran.
2.    ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya)
3.    Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIBB)
4.    ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl 15.00 tgl (n) sampai pkl 15.00 tgl (n+1))

ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel Indeks Standar Pencemar Udara
ISPU
Pencemaran Udara

Level
Dampak kesehatan
0 - 50
Baik
tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.
51 - 100
Sedang
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
101 - 199
Tidak Sehat
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
200 - 299
Sangat Tidak Sehat
kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
300 - 500
Berbahaya
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan).





BAB IV
PEMBAHASAN
4.1     Penyebab Kabut Asap 2015 di Riau
Pencemaran udara oleh kabut dan asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di provinsi Riau, Jambi dan Sumatra Selatan di Pulau Sumatra dan juga Pulau Kalimantan, Indonesia dari Juni 2015 hingga saat ini. Pada 14 September 2015, keadaan darurat ditetapkan di provinsi Riau dikarenakan tingkat pencemaran yang melebihi batas berbahaya. Dilaporkan ribuan warga terpaksa keluar dari ibukota Pekanbaru, terutama anak-anak dan ibu hamil.
Kombinasi kebakaran hutan dan musim kemarau menyebabkan polusi asap terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, terutama di provinsi-provinsi yang pembakaran lahan ilegal dilakukan secara rutin untuk melakukan peladangan. Pembebasan lahan untuk ditanami kelapa sawit merupakan salah satunya. Hampir sepanjang tahun hal ini berkontribusi besar pada jumlah polusi yang dihasilkan.

4.2       Dampak Kabut Asap
            Kabut asap 2015 yang terjadi di Riau memiliki beberapa dampak. Berikut adalah dampak dari kabut asap 2015 di Riau:
1. Infeksi Paru-paru dan Saluran Napas 
Kabut asap yang melanda Riau tidak diragukan lagi menyebabkan banyak kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA. Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa gangguan kesehatan akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki gangguan paru dan jantung, orang lansia, serta anak-anak. Tjandra menjelaskan, kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada selaput lendir di hidung, di mulut, dan di tenggorokan. Kabut asap juga dapat menyebabkan reaksi alergi, peradangan, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Yang paling berat adalah terjadi pneumonia. Untuk mencegah efek buruk tersebut, Tjandra mengimbau masyarakat yang telah memiliki penyakit kronik dan gangguan pernapasan untuk mengurangi intensitas ke luar ke luar rumah. Selalu gunakan masker yang baik jika berada di luar rumah. Lalu, jangan lupa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
2. Mengancam Keberlangsungan Berbagai Satwa Liar Dilindungi
Di Palembang, kabut asap tidak hanya mengganggu kahidupan manusia, tetapi juga salah satu margasatwa yang dilindungi, yaitu harimau. Jumat lalu, seekor harimau Sumatera seberat 100 kilogram, tinggi 1 meter dengan panjang 2 meter ini menggegerkan warga Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Dalam beberapa minggu terakhir, warga sering mendengar suara harimau yang keluar hutan dan memakan sapi dan kambing milik warga. Harimau ini keluar habitat karena makanannya di dalam hutan sudah banyak yang mati. Sementara itu, orangutan di Pusat Reintriduksi Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga terkena dampak kabut asap. Menurut data Borneo Orang Utan Survival Foundation, disebutkan bahwa selama Agustus 2015, ada enam ekor bayi orangutan terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sangat parah. Sedangkan, ratusan orangutan dewasa terancam penyakit airsacculitis yakni infeksi kantong suara. Dampak kabut asap juga membuat pengelola Yayasan Bos Nyaru Menteng Palangkaraya mengurangi waktu sekolah hutan bagi orangutan untuk meminimalisir jumlah orangutan yang terkena ISPA.
3. Kerusakan Lingkungan 
Selain mempengaruhi kesehatan, dan mengganggu ekosistem bagi satwa liar yang dilindungi, kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan juga dapat menghilangkan keragaman hayati. Kabut asap ternyata juga berdampak lebih luas kepada kehidupan di perairan sekitar. “Pembakaran biomassa di Indonesia semakin intensif baik frekuensi maupun tinggkat kerusakannya sejak era 1970-an. Di bulan Juni 2013, polusi udara regional di Semenanjung Malaya mencapai rekor tertinggi, dimana kabut menyebar di tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan menyebabkan negara-negara tersebut berada dalam kondisi siaga,” ungkap penelitian yang dilakukan oleh Zeehan Jaafar dari University of Singapore dan Tse-Lynn Loh dari John G. Shedd Aquarium. Dikutip dari Mongabay, penelitian tersebut dimuat dalam jurnal ilmiah Global Change Biology.
Kendati terus menimbulkan krisis, masalah pembakaran lahan dan kabut asap ini masih terus terjadi. Bahkan, masalah ini semakin besar pada 2015. Tahun lalu, NASA masih merekam ratusan titik api di Sumatera. Sejumlah dampak terhadap kesehatan, keragaman hayati, dan perekonomian ramai diberitakan oleh media massa. Sayangnya, tak satupun yang membahas dampak kabut asap dan kebakaran hutan ini terhadap ekosistem laut.
4. Angka Kemiskinan Bertambah 
Perihal dampak satu ini muncul dalam forum diskusi Senator untuk Rakyat di Cikini, Jakarta Pusat. Pada forum tersebut, Pemerintah diminta cepat menangani masalah kabut asap dan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jika tidak segera diselesaikan, masalah kabut asap dikhawatirkan semakin mengganggu kondisi perekonomian masyarakat. "Kalau tidak segera diselesaikan, saya khawatir kabut asap akan menambah angka kemiskinan," ujar Firmanzah,Rektor Universitas Paramadina, Minggu (27/9/2015) sebagaimana dikutip dari Kompas. Firman memprediksi bahwa angka kemiskinan akan melonjak naik karena terjadi darurat kekeringan yang mengganggu sistem pertanian dan perkebunan. Persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan dinilai ikut berperan dalam capaian ekonomi pada Semester I tahun 2015.
5. Dampak Ekonomi Secara Umum
Meski ‘hanya’ berupa asap, bencana satu ini rupanya memiliki dampak ekonomi yang luar biasa. Dampak ekonomi akibat          bencana kabut asap yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia pada 2015 bisa melebihi Rp20 triliun. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan bahwa angka itu didasarkan pada data tahun lalu. Pada tahun lalu, terungkap bahwa kerugian akibat kabut asap yang dihitung selama tiga bulan dari Februari hingga April 2014 di Provinsi Riau mencapai Rp20 triliun. Namun, dari jumlah wilayah yang terkena serta tingkat keparahan kabut asap yang terjadi tahun ini, Sutopo memperkirakan jumlah kerugian kali ini akan lebih besar.

4.3       Upaya Penanggulangan Kabut Asap 2015 di Riau
Dampak yang semakin parah, bukan berarti pemerintah tak tinggal diam, berbagai jajaran pemerintahan telah melakukan bermacam upaya untuk menghilangkan titik-titik masif kebakaran hutan yang sebabkan bencana kabut asap. Berikut adalah 3 upaya pemerintah untuk atasi bencana kabut asap, khususnya di Riau dan sekitarnya:
1.    25 pesawat sudah dikerahkan untuk melakukan pemboman air
   Upaya penting untuk lenyapkan bencana kabut asap adalah menghilangkan titik-titik kebakaran hutan dengan memadamkannya. Cara paling efektif adalah dengan melakukan water bombing. Dikutip dari laman CNN Indonesia, hingga pekan kedua September ini pemerintah sudah mengeluarkan upaya untuk melakukan pemboman air di enam provinisi yang rawan dan darurat asap dengan menggunakan 25 pesawat. Selain water bombing, teknologi modifikasi cuaca dengan cloud seeding atau memupuk awan pun sudah berkali-kali dilakukan untuk membuat hujan buatan di atas titik-titik kebakaran hutan Sumatera.
2.    Ratusan Brimob sudah diturunkan untuk memburu pelaku pembakar hutan
    Kantor berita CNN melansir, Markas Besar Kepolisian RI telah mengerahkan tak kurang dari 400 personel untuk memburu pelaku-pelaku individu pembakar hutan di kawasan area hutan Sumatera dan Kalimantan. Dalam surat tugasnya, Tim Brimob dari Jakarta dikirim untuk membantu personel lokal dalam mempercepat proses hukum atas pelaku pembakar hutan. Nantinya, di daerah titik kebakaran hutan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengatur komando pusat dengan wewenang Satuan Tugas Operasi (Satgasops) gabungan dari Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian, jumlahnya mencapai sedikitnya 2.090 personel. TNI dan Polisi ditugaskan untuk mengatasi hingga ke akar masalah kebakaran hutan yang telah sebabkan kabut asap.
3.    TNI kerahkan 1.059 prajurit untuk memadamkan kebakaran hutan di Riau dan sekitarnya
    Masih dilansir dari laman CNN, Tentara Nasional Indonesia sudah menurunkan sekitar 1.059 prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Penanggulangan Kebakaran Hutan. Satgas itu dipimpin langsung oleh Asintel Divif-1 Kostrad Kolonel Infanteri Dwi Suharjo. Operasi khusus untuk melenyapkan derita warga yang terdampak kabut asap ini menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan tugas mulia bagi seorang prajurit. Tugas bernilai tinggi untuk menyelamatkan ekosistem hutan dan menghilangkan derita penduduk. Tindakan efektif yang akan dilakukan prajurit adalah dengan menyisir tiap sudut hutan, dan memanfaatkan alat pemadam kebakaran yang sudah dipanggul dibawa masuk ke dalam hutan.

 

BAB V
PENUTUP
5.1     Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan kabut asap 2015 di Riau dengan berbagai sumber. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Pencemaran udara oleh kabut dan asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di provinsi Riau, Jambi dan Sumatra Selatan di Pulau Sumatra dan juga Pulau Kalimantan, Indonesia dari Juni 2015 hingga saat ini. 
2.    Dampak dari kabut asab yang terjadi pada tahun 2015 di Riau yaitu infeksi paru-paru dan saluran napas, mengancam keberlangsungan berbagai satwa liar dilindungi, kerusakan lingkungan, angka kemiskinan bertambah, dan dampak ekonomi secara umum.
3.   Upaya penaggulangan kabut asap 2015 di Riau antaralain adalah 25 pesawat sudah dikerahkan untuk melakukan pemboman air, ratusan Brimob sudah diturunkan untuk memburu pelaku pembakar hutan, dan TNI kerahkan 1.059 prajurit untuk memadamkan kebakaran hutan di Riau dan sekitarnya.

5.2       Saran
Setelah melakukan penulisan ini, saya mempunyai saran yang dapat membangun penulisan agar menjadi lebih baik lagi dalam kedepannya. Sarannya adalah carilah sumber-sumber yang dapat dipercaya dalam penulisan, perbanyak referensi dalam penulisan, dan teliti kembali saat membuat tulisan.